Bergerak Memberi Arti
Kirim Artikel
Blog  

01.01.2-T4-7. Koneksi Antar Materi – Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif lain

Topik 4_Koneksi Antar Materi_Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif lain

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik IV dengan Topik I, Topik II dan Topik III. Sejauh mana topik tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

 

Pada Topik I pembahasan mengenai “Perjalanan Pendidikan Nasional” Sebelum dan setelah kemerdekaan, sistem pendidikan mengalami perubahan yang signifikan. Sebelum kemerdekaan, sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda didiskriminasi terhadap bangsa Indonesia. Pendidikan pada masa itu hanya tersedia bagi golongan Eropa, Bumi Putra (Indonesia), dan Timur Asing (Cina) yang dapat mengakses pendidikan tinggi. Sementara itu, masyarakat umum hanya diberi pelajaran dasar seperti membaca, menulis, dan bahasa, yang tujuannya adalah untuk mempersiapkan mereka menjadi pegawai kolonial Belanda. Ketika Jepang menduduki Indonesia, kondisi pendidikan tidak mengalami perbaikan; malah beberapa guru kesulitan memahami sistem baru yang diperkenalkan oleh pihak Jepang. Meskipun sistem kasta (golongan) dihapuskan, sehingga semua orang memiliki kesempatan untuk bersekolah, namun situasinya masih sulit bagi masyarakat umum. Dalam upaya untuk memperjuangkan pendidikan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membeda-bedakan, pejuang pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman . Merdeka Belajar, yang merupakan konsep penting dalam pendidikan saat ini, adalah hasil dari perjuangan Ki Hajar Dewantara untuk mencapai visi ini dalam bidang pendidikan.

Pada Topik II mengenai “Dasar – Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara”. Yang saya pahami adalah Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran adalah bagian pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki anak baik dan , sebagai seorang manusia maupun anggota masyarakat. Ada satu pendapat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara mengenai hal ini, Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk membimbing semua potensi yang dimiliki anak agar mereka bisa mencapai kebahagiaan dan keselamatan sebaik mungkin, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sebagai pendidik, tugas kita adalah membimbing perkembangan dan kehidupan potensi yang dimiliki anak, agar mereka dapat mengembangkan perilaku dan potensi alamiah mereka dengan baik. Pada abad ke-21 ini, anak-anak memiliki akses mudah ke berbagai informasi melalui teknologi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, penting bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai baik kepada mereka, agar mereka memiliki moral yang kuat sehingga dapat membuat pilihan yang tepat. Sistem pendampingan menjadi salah satu alat yang berguna bagi guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa sesuai dengan zaman dan fitrah mereka. Prinsip “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” harus menjadi pegangan bagi seorang guru. Selain itu, seorang guru juga harus memiliki sikap empati, semangat, dan perhatian dalam membimbing serta mengarahkan peserta didik.

Pada Topik III, membahas mengenai “. Manusia Indonesia mencerminkan identitas yang menghayati nilai-nilai kemanusiaan yang khas. Ada tiga nilai mendasar yang menegaskan kemanusiaan khas Indonesia, yaitu nilai kebhinekaan, nilai Pancasila, dan nilai religiusitas. Kebhinekaan adalah nilai yang telah ada sejak zaman pra-Indonesia. Nilai ini berasal dari beragam pengalaman hidup, , bahasa, ras, suku, kepercayaan, dan tradisi. Dengan kata lain, keberagaman adalah ciri khas yang menandai identitas dan jiwa budaya bangsa Indonesia. Pancasila, sebagai fondasi filosofis yang mengukuhkan identitas Indonesia, berfungsi sebagai perekat dan penyatuan bagi seluruh warga negara Indonesia. Prinsip-prinsip Pancasila mengandung tuntutan etika untuk hidup bersatu, bertanggung jawab, berkolaborasi, hidup adil, dan bermusyawarah dalam memenuhi kebutuhan hidup individu dan kolektif. Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya Pancasila dalam pendidikan, di mana pendidikan menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik melalui . Nilai Religiusitas tumbuh dari hubungan manusia dengan Allah dan alam dunia, serta mengembangkan sikap religius dalam diri individu yang beragama. Setiap pemeluk agama memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas hidup bersama di bumi ini. Oleh karena itu, setiap pemeluk agama seharusnya menunjukkan sikap-sikap kemanusiaan dalam tindakan mereka.

Pada Topik IV, membahas mengenai “Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia”. Kita dapat memahami Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia merupakan perwujudan atau cerminan diri bangsa Indonesia, yang menganut nilai nilai pancasila, lahir dari keberagaman sosiokultural bangsa Indonesia. Pancasila sebagai landasan filosofis atau pandangan hidup, yang juga digunakan sebagai hukum untuk mengatur hidup berbangsa dan bernegara. Lalu apa kaitan Pancasila dengan pendidikan yang berpihak pada peserta didik pada abad 21 dan profil pelajar pancasila? Pendidikan abad 21 dicirikan dengan yang berfokus pada peserta didik (student centered). Sehingga, kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan seluas luasnya bagi peserta didik untuk mencari dan membangun sendiri pemahamannya terhadap informasi yang didapat dari berbagai sumber. Agar tidak terjadi miskonsepsi terhadap informasi yang didapat, maka peserta didik perlu memiliki kompetensi seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan berkomunikasi dengan baik dalam membangun pemahaman bermakna agar ia selamat, bahagia dan merdeka. Selain itu, diperlukan penanaman dan penerapan nilai nilai pancasila pada peserta didik agar menjadikan peserta didik yang memiliki profil sebagai pelajar pancasila yaitu beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, berbhineka global, bernalar kritis dan kreatif. Profil pelajar pancasila tersebut juga sejalan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik pada abad 21 yaitu berpikir kritis, kreatif, kolaborasi dan berkomunikasi.

Kesimpulannya, perjalanan pendidikan nasional Indonesia dari masa sebelum kemerdekaan hingga abad ke-21 mengalami transformasi yang signifikan. Dari sistem pendidikan yang didominasi oleh pemerintah kolonial Belanda yang diskriminatif, hingga usaha pejuang pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa untuk menciptakan pendidikan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Dasar-dasar pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menegaskan pentingnya pendidikan dalam membimbing perkembangan dan potensi anak-anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Identitas manusia Indonesia tercermin dalam nilai-nilai kemanusiaan khas, seperti kebhinekaan, Pancasila, dan religiusitas, yang menjadi perekat dan penyatuan bagi seluruh warga negara Indonesia. Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia menggarisbawahi pentingnya pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, yang membantu mereka membangun pemahaman bermakna dan relevan dari berbagai sumber informasi. Penanaman nilai-nilai Pancasila pada peserta didik juga menjadi kunci untuk menciptakan profil pelajar Pancasila yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan berkomunikasi. Dengan demikian, pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila akan menjadi landasan yang kuat untuk menciptakan generasi yang berkualitas, beriman, bertanggung jawab, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.

Pesan kunci dari pembahasan ini adalah pentingnya memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan abad ke-21. Hal ini melibatkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan pemahaman yang bermakna dari berbagai sumber informasi, serta menanamkan kompetensi seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan berkomunikasi. Selain itu, pendidikan juga harus mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia, seperti kebhinekaan dan religiusitas, yang menjadi perekat dan penyatuan bagi seluruh warga negara Indonesia. Dengan demikian, pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila akan membantu menciptakan generasi yang berkualitas, beriman, bertanggung jawab, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara.