Refleksi dan Argumen Kritis (1)
Anda telah membaca tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan untuk membangun argumen kritis tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Pada tahap ini, Anda akan menulis argumen kritis Anda dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik sebagai berikut:
Apa makna kata ‘menuntun’ dalam proses pendidikan anak bagi saya?
Menelusuri gagasan Ki Hadjar Dewantara mengenai esensi pentingnya membimbing anak-anak tidak hanya untuk memiliki kecerdasan intelektual, melainkan juga mempertimbangkan pembentukan karakter serta kemampuan mereka untuk memberi kontribusi dalam masyarakat. Bagi Ki Hadjar Dewantara, “menuntun” bukan semata memberi kebebasan, melainkan juga mengarahkan dengan bijaksana untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengaitkan proses pendidikan dengan realitas kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan konteks tersebut, bagi saya sebagai calon pendidik, peran “menuntun” melibatkan diri sebagai seorang mentor, pengarah, atau pembimbing/pamong dalam mengarahkan pertumbuhan serta perkembangan anak-anak. Seorang guru berperan sebagai figur yang memberikan petunjuk, arahan, serta dukungan agar anak-anak mampu mengembangkan bakat dan karakter mereka. Menuntun tidak hanya menyangkut pengajaran materi, tetapi juga pembentukan karakter dan ketrampilan hidup. Dalam upaya menuntun, seorang pendidik harus berusaha menciptakan keseimbangan antara kodrat alam dan perkembangan zaman, yang berarti pendidikan harus selaras dengan kondisi alam dan perubahan zaman, sehingga menciptakan relevansi dan daya serap yang lebih optimal. Pemahaman ini sejalan dengan visi Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya kearifan lokal, partisipasi sosial, dan adaptasi terhadap perubahan zaman. Seorang pendidik diharapkan menjadi fasilitator yang memberikan arahan, namun juga memberikan ruang bagi eksplorasi, guna menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat serta terhubung dengan nilai-nilai budaya lokal. |