RUANG KOLABORASI TP2 FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?
Kekuatan sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya ) di daerah yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang kami angkat pada tema ini yaitu falsafah hidup ”Pobhinci-bhinci Kuli” masyarakat buton. Salah satu nilai kearifan budaya masyarakat Buton yang terkenal, adalah filosofi kehidupan yang dalam bahasa Buton disebut “pobhinci-bhinci kuli”. “pobhinci-bhinciki kuli” secara bahasa berarti saling mencubit kulit. Secara bahasa mempunyai penafsiran sebelum mencubit kulit orang lain, terlebih dahulu cubitlah kulit sendiri. Jika mencubit kulit sendiri sakit, jangan mencubit kulit orang lain. Istilah ini bisa dimaknai “perlakukanlah orang lain, sebagaimana engkau ingin diperlakukan”. Inilah percik konsep keadilan yang termaktub dalam falsafah “pobhinci-bhinciki kuli” dalam falsafah hidup orang Buton. Lebih jauh falsafah “pobhinci-bhinciki kuli” berisikan konsep “sara pataanguna” yang secara bahasa berarti empat hukum cara hidup orang Buton. Nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah pobinci-binciki kuli tersebut adalah Pomae-Maeka (saling takut), Pomaa-Maasiyaka (saling kasih), Popia-piara (saling memelihara), dan Poangka-Ngkataka (saling menghargai).
- Pomae-maeka .
Hal ini mengandung makna bahwa seluruh anggota masyarakat harus merasa saling takut satu terhadap yang lainnya. Untuk itu setiap anggota masyarakat wajib merasa takut untuk berbuat sesuatu yang berakibat merugikan orang lain. Setiap orang wajib merasa takut melanggar hak-hak asasi, perasaan, kehormatan dan benda pihak lain. Rasa takut demikianlah yang berlaku secara timbal balik antara seluruh anggota masyarakat seperti yang disebutkan di atas.
- Pomaa-maasiaka
Mengandung pula makna luhur bahwa antara anggota masyarakat harus sayang menyayangi dan kasih mengasihi secara timbal balik, saling menyayangi antara tua dan muda, antara sikaya dan simiskin, si kuat dan silemah, pemerintah dan rakyatnya, dan sebagainya. Disana terwujud suatu masyarakat yang hidub bersama, tolong-menolong bergotong royong dalam segala urusan mereka.
- Popia-piara
Mengandung makna positif bahwa antara anggota masyarakat berkewajiban saling memelihara, saling membina, melindungi mengamankan material, moril atau kedudukan dalam masyarakat. Memelihara agar apa yang dimiliki seseorang tidak terganggu, membantu supaya lebih berkembang dan meningkat lebih maju.
- Poangka-angkataka
Mengandung pengertian tersendiri, yaitu bahwa setiap anggota masyarakat yang sudah memberikan darma baktinya kepada masyarakat dan bangsa, wajib diberikan penghargaan yang setimpal, yang dapat mengangkat derajat dan martabatnya dimata masyarakat. darma bakti itu berupa memenangkan suatu perang, menyerahkan dengan ikhlas harta bendanya bagi kepentingan umum, memiliki suatu ilmu atau keterampilan yang berguna bagi kepentingan umum dan lain-lain.
Kekuatan sosio kultural menjadi proses menebalkan kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Falsafah hidup “Pobhinci-bhinci Kuli” dalam masyarakat buton yang telah dijabarkan diatas, mengandung begitu banyak nilai Pendidikan karakter yang bisa kita tanamkan pada peserta didik seperti Kerjasama, tanggung jawab, tolong menolong, sikap saling menghormati, kemandirian, dan keharmonisan. Nilai nilai ini akan membentuk dasar pembentukan karakter yang kuat dan positif bagi peserta didik.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbunya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak. Falsafah hidup ”Pobhinci-bhinci Kuli” masyarakat buton sangat relevan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Jika dikontekstualisasikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya akan menjadi penguatan karakter terhadap murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dalam membentuk sikap positif dan baiknya budi pekerti. Dengan memahami falsafah diatas, sebagai seorang pendidik kita bisa menyisipkan nilai nilai falsafah tersebut kedalam proses pembelajaran seperti nilai Kerjasama, tanggung jawab, sikap saling menghormati, kemandirian dan keharmonisan. Karakter luhur daerah menjadikan sebuah budaya dalam tumbuh kembang anak secara holistic dan seimbang dalam menghadapi kodrat zaman.
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
Kami menyepakati pemikiran Ki hadjar dewantara yang menebalkan laku murid sesuai dengan konteks local social budaya diantaranya : komunikasi, kebersamaan, tolong menolong, kesetaraan dan kesatuan yang dimana sesuai dengan konteks local social budaya di daerah buton.
Sumber :
https://sultrapost.id/pobhinci-bhinciki-kuli-pluralisme-nya-orang-buton/
Mahrudin, (2014). Kontribusi Falsafah Pobinci-binci Kuli Masyarakat Islam Buton bagi Dakwah Islam untuk Membangun Karakter Generasi Muda Inonesia, 15, 345-346.