Tugas 1.4: Argumentasi Kritis
Setelah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara dan melihat video Pendidikan Zaman Kolonial, Anda membuat sebuah tulisan argumen kritis tentang:
Argumentasi kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata )tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan (Catatan Reviewer – mohon dielaborasi maksud dari argumen kritis, misalnya untuk memberikan argumen kritisi itu membutuhkan referensi, data, fakta untuk membimbing mahasiswa sehingga ketika Dosen memeriksa hasil kerja mahasiswa dapat melihat acuan referensi yang disajikan)
Haloo, berikut merupakan contoh yang bisa kalian jadikan referensi, selamat membaca!!
Gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan
Pada tahun 1854, pemerintah kolonial Belanda mengenalkan sistem pendidikan yang terpusat dan terstruktur di Hindia Belanda. Sistem ini lebih mengutamakan pendidikan untuk orang Belanda dan golongan bangsawan. Selanjutnya, pada tahun yang sama, Belanda mendirikan Bumi Putera, sebagai upaya untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Bumi Putera muncul sebagai hasil dari kebijakan politik etis yang melibatkan bidang pendidikan, imigrasi, dan irigasi (Niel, 1997 dalam Siregar, 2016). Meskipun dampak positif terlihat dalam bidang pendidikan, praktik di lapangan cenderung diskriminatif dan materialistis (Siregar, 2016). Pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda juga disorot karena secara tidak langsung mengurangi semangat patriotism, gotong-royong, berdikari, dan semangat kebangsaan lainnya di kalangan masyarakat Indonesia (Ary Gunawan, 2006 dalam Siregar, 2016). Buku The Emergence of Indonesian Modern Elites tahun 2009 karya Robert Van Niel menyatakan bahwa munculnya ketidakadilan Belanda karena terciptanya sistem stratifikasi antara golongan Bumi putera dan Priyayi. Kelompok pribumi diberi kebebasan untuk belajar hanya di tingkat sekolah dasar, sedangkan bangsawan diberi kebebasan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Adanya reaksi atas sistem pendidikan yang berat sebelah membuat Ki Hajar Dewantara beserta rekan-rekan mendirikan Nationaal Onderwijs Institut Tamansiswa (Anisa, 2023).
Gerakan Ki Hadjar Dewantara membawa perubahan dalam pendidikan, mengubah proses pembelajaran dan landasan pendidikan dengan mengeliminasi pengaruh Belanda, menciptakan karakteristik pendidikan yang unik. Pendidikan nasional menuju abad ke-21 menitikberatkan pada kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi efektif, kreativitas, inovasi, dan kolaborasi. Ki Hadjar Dewantara melihat guru sebagai tokoh sentral dalam memberikan pendidikan, menerapkan prinsip asih, asah, dan asuh. Semboyan “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” mencerminkan semangat perubahan yang diperjuangkan oleh Ki Hadjar Dewantara, yang bertujuan memerdekaan manusia sesuai dengan karakter bangsa.
Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan pendidikan yang merdeka dan inklusif, di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang, status sosial, atau daerah asal, dapat mengakses pendidikan yang berkualitas.)Namun, sejauh mana aksesibilitasnya mencakup semua lapisan masyarakat? Data menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelas sosial di Indonesia (PISA 2022). Analisis dataset PISA 2022 menunjukkan bahwa kelompok geografi sekolah yang paling rendah pada literasi matematika adalah sekolah-sekolah yang berada di pedesaan. Mayoritas guru di pedesaan juga mengaku jika sekolah seperti bangunan, lapangan olahraga, pendingin ruangan, pencahayaan, hingga sistem pengeras suara tidak memadai. Selain itu, masih terdapat keterbatasan sumber daya dan waktu yang tersedia untuk mendukung pendidikan inovatif, keterbatasan akses siswa untuk menggunakan teknologi, serta keterbatasan infrastruktur dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung penggunaan TIK (BPMP Jakarta, 2020). Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan yang merata di seluruh wilayah, terutama di daerah-daerah terpencil dan terisolasi, serta untuk memperbaiki kualitas infrastruktur dan sumber daya pendidikan.
Referensi:
Anisa, A. N. (2023). Ki Hajar Dewantara Dan Revolusi Pendidikan Pada Masa Pergerakan Nasional Di Indonesia. JEJAK : Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah, 3(1), 88–96. https://doi.org/10.22437/jejak.v3i1.24821
Beda Pendidikan dan Pengajaran Menurut Ki Hajar Dewantara. (n.d.). Retrieved January 15, 2024, from https://ybkb.or.id/beda-pendidikan-dan-pengajaran-menurut-ki-hajar-dewantara
BPMP JAKARTA. (n.d.). “Merdeka Belajar” Melalui Model Pembelajaran Blended Learning – BPMP JAKARTA. Retrieved January 15, 2024, from https://lpmpdki.kemdikbud.go.id/merdeka-belajar-melalui-model-pembelajaran-blended-learning/
Fakta lain dari data PISA 2022: kesenjangan pendidikan antara desa dan kota di Indonesia. (n.d.). Retrieved January 15, 2024, from https://theconversation.com/fakta-lain-dari-data-pisa-2022-kesenjangan-pendidikan-antara-desa-dan-kota-di-indonesia-218056
Siregar, E. (2016). Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Mengenai Pendidikan Bagi Kaum Bangsawan Di Indonesia Tahun (1900-1920). Jurnal Education and Development STKIP Tapanuli Selatan, 3(1), 21–26.